Tari Tor Tor: Sejarah, Gerakan, Properti, Makna


Sejarah Tari Tor Tor

Tari Tor Tor - Sejak ratusan tahun lalu, tari tor tor sudah ada dan dipertunjukkan sebagai sebuah tarian perayaan pada upacara tertentu.

Tarian ini berasal dari suku yang terletak di daratan Sumatera Utara. Daerah tersebut yang meliputi kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Toba.


Berdasarkan catatan sejarah, tarian ini pada awalnya merupakan sebuah tarian ritual yang sakral dan dipentaskan pada upacara-upacara kesembuhan, kematian, dan lain sebagainya.

Hingga saat ini, tari tor tor menjadi salah satu bagian penting dari budaya adat suku Batak.


Selain pementasannya, busana yang digunakan pada tari tradisional ini juga mengalami perubahan dan modifikasi agar terlihat lebih menarik. Pada pementasan tarian ini, penari akan diiringi oleh sebuah musik yang disebut gondang.


Melalui musik inilah yang kemudian akan menghasilkan suara hentakan kaki para penari di atas papan rumah adat Batak. Kemudian, dari suara hentakan kaki penari itulah kata tor tor ini diambil.


Melalui tarian tradisional ini, masyarakat tanah Batak menyampaikan seluruh doa dan harapannya kepada Tuhan yang Maha Esa.

Peragaan sikap serta perasaan melalui tari tor tor ini dianggap menggambarkan situasi dan kondisi yang alami. Oleh karena itu, tarian ini dianggap sebagai tarian yang bersifat sakral.


Tercatat oleh sejarah, Tari Tortor adalah tarian masyarakat Batak yang telah ada sejak abad ke-13. Di masa itu, tarian ini sudah digunakan sebagai tari persembahan bagi roh leluhur.


Tari Tortor pun memiliki makna simbol dalam tiap-tiap gerakannya yang bervariasi dan penuh makna. Memiliki arti saling menghargai dan menghormati antar saudara semarga dalam bentuk hubungan yang baik.


Sehingga unsur kerabat dalam Batak seperti hulahula, dongan sabutuha (semarga) dan boru mengartikan gerakan tortor. Dahulu pula, Tortor sering menggunakan properti seperti patung dalam pertunjukkan tari Tortor.


Properti Tari Tor Tor

Alat Musik

Suku Batak memakai alat musik tradisional sebagai pengiring tari Tor Tor. Alat musik itu disebut margondang yang memiliki 3 konsep, yaitu:


1. Margondang pesta

Alat musik menyertakan gondang untuk mengungkapkan kegembiraan. Jenis alat musk ini yaitu gondang naposi, gondang mangompoi jabu (memasuki rumah), dan gondang pembangunan gereja.


2. Magandang adat

Alat musik ini dipakai untuk kegiatan menyertakan gondang sebagai sistem kekerabatan. Gondang dipakai yaitu gondang pangolin anak (perkawinan), gondang saur matua (kematian), dan gondang mamampe marga (pemberi marga).


Ada juga margondang religi yang dipakai untuk upacara keagamaan. Upacara ini dilakukan oleh Batak Purba. Sedangkan alat musik untuk upacara kematian yang dipakai adalah gondang, hasappi, taganing, dan ogung.


Properti

Mengutip dari jurnal "Bentuk Penyajian Dan Makna Gerak Tari Tortor Pada Upacara Kematian Adat Batak Toba Di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh" yang diterbitkan Universitas Syiah Kuala, tari Tor Tor memiliki properti bernama Ulos (selendang). 


Ulos adalah selendang khas Batak yang memiliki lambak sakral, persembahan, dan pemersatu. Warna ulos memiliki simbol berbeda, contohnya ulos merah (kehidupan), hitam (hukum atau kematian), dan putih (suci).

Ulos dipakai untuk upacara kematian.


Selendang ini ini diletakkan di pundak oleh pihak hula-hula dan dongan sabutuha, untuk orang yang berduka atau penari tuan rumah. Ulos yang diberi di pundak penari berwarna merah.


Tata Rias dan Busana

Penari Tor Tor wanita untuk upacara kematian memakai tata rias cantik. Penari diberi beda, lipstik, bulu mata, dan penebalan alis. Sedangkan penari pria tidak diberi tata rias.


Pakaian penari laki-laki memakai jas hitam celana warna hitam, dan ulos hitam. 

Sedangkan penari wanita memakai baju kebaya warna hitam, rok, dan ulos warna senada. Warna hitam dipilih sebagai lambang duka cita untuk masyarakat Batak Toba.


Pola Lantai Tari Tor Tor

Pola lantai adalah merupakan titik atau garis yang dipakai penari. Selain itu pola ini berguna untuk memberi arah penari menuju titik satu ke titik yang lain. Arahnya bisa berlawanan dengan penari lainnya.


Tari Tor Tor memiliki pola lantai lingkaran dan lulus. Posisi tamu atau hula-hula berada di sebelah jenazah, sedangkan posisi tuan rumah berada di sebelah kiri jenazah.


Pola lantai ini bermanfaat untuk memperjelas peran antara penari keluarga dan penari pelayat. Selain itu pola ini untuk membedakan sedikit gerakan pertunjukan tari.


Makna Tari Tor Tor

Gerakan tari Tor Tor dalam upacara dan pesta memiliki makna tersendiri. Berikut penjelasannya:


1. Tor Tor Mula-Mula

Penari menggerakkan badan dan tubuh secara ekspresif, ketika sarune (alat musik tiup khas Batak) dimainkan.


Alat musik mangurdot terdengar, penari akan menaikkan tangan sampai posisinya kedepan ulu hati. Kemudian tangan diturunkan perlahan dan dilipat ke arah depan perut. Gerakan ini melambangkan hati yang tulus, ikhlas, dan bersih.


2. Tor Tor Somba

Gerakan tangan dinaikkan sampai ulu hati, lalu posisi tangan dan jari tangan naik lagi. Gerakan ini seperti menyembah di depan dahi tetapi tidak rapat. Bagian kepala sedikit menunduk.


Gerakan ini melambangkan penghormatan untuk raja dan roh leluhur. Selain itu juga sebagai penghormatan untuk alam semesta dan mendapat perlindungan.


3. Tor Tor Hasahaton atau Sitotio

Ulos atau selendang dikibaskan ke udara dan berucap horas sebanyak 3 kali. Horas artinya gabe, sangap, dan mamora. Dalam bahasa Indonesia, horas artinya berketurunan, sehat, dan berkecukupan. Gerakan ini sebagai simbol menerima berkat.


Comments